“JLEGEEERRRR!!!!” tiba-tiba sebuah lidah api
besar dan panjang membelah langit. Menerangi bumi dengan cahaya putih selama beberapa
detik. Membuat para wanita di dalam villa memekik
kecil. Kayla dan Ari yang masih berdiri di ambang pintu langsung masuk
ketakutan.
Hujan makin
deras, angin besar pun menyusul terus menerus. Memukul-mukul kaca jendela, dan membuat kaca-kaca tersebut berderak keras. Suasana horror yang
tercipta telah melengkapi suasana
tegang di petang ini.
Cahya kembali memandang keluar,
wajahnya sesaat lalu terlihat begitu murka, namun kini berubah dengan cepat. Ia
terlihat tegang dan takut akan sesuatu.
Para arwah pun terlihat semakin tegang bercampur takut,
mereka berdiri berdekatan dan saling menggenggam tangan
satu sama lain. Bunga pun menghentikan tangisnya setelah menyadari perubahan alam
yang terjadi begitu cepat itu. Gibel cs lebih nampak kebingungan daripada
takut,
“Ada apa? Cuma badai kan?” tanya Zeyn,
“Oh, dia datang..” desis Maria, ia bersembunyi dalam pelukan Mulya. Suaminya itu
pun segera memeluk tubuh wanita yang paling ia cintai itu dengan erat.
“Dia? Dia siapa maksudnya?” tanya Gibel, ia berjalan mendekati Cahya untuk melihat apa yang tengah arwah kembaran kakeknya itu lihat. Ia
pun tercekat.
“Itu..”
“Ada apa sih?” Ari dan Kayla yang marahnya
sudah mereda ikut melihat halaman luar lewat jendela yang tinggi itu,
“Tenang Ri.. elo
enggak usah
takut! ada gue disini!!” Zeyn tiba-tiba
muncul dan memegangi bahu Ari. Gadis berambut pendek itu langsung menepis tangan Zeyn dengan sebal,
“Gak penting banget sih!” bentaknya, Gibel
mengisyaratkan mereka berdua untuk diam.
Mereka berempat, bersama Cahya tengah berbagi pemandangan aneh diluar sana.
Tepat di bawah jendela, di dekat pohon apel yang tak berbuah. Ada sepasang mata besar berwarna merah menyala menatap
ke atas.
“I-itu apa?” bisik Kayla, ia mulai merasa khawatr jika
seancainya itu adalah sejenis makhluk jadi-jadian yang akan menerjang masuk ke
dalam villa dan membunuh semua pengisi villa. Jika seandainya pemilk mata merah
itu adalah werewolf seksi nan cute Jacob Black sih sepertinya beda urusan.
Perlahan pemilik
mata itu berjalan ke depan. Di bawah guyuran hujan yang begitu lebat, ia masih
menatap ke atas. Ke sini, ke jendela dimana Cahya,
Gibel, Zeyn, dan Aru serta Kayla tengah menatapnya dengan takut. Pandangan
mereka bertumbukan. Ada rasa ngeri yang menjalari seluruh tubuh melihat sorot
mata penuh dendam yang dimiliki makhluk asing itu.
Sekali lagi lidah api membelah langit dan menerangi seluruh tubuh makhluk itu.
Kulitnya berwarna coklat kusam. Tubuhnya
kecil dan ringkih, ia memiliki rambut sebahu yang jarang, bola mata bulat besar, dan
makhluk itu menyeringai. Terlihat sekali dengan jelas gigi-gigi hitam besar yang jarang memenuhi mulutnya.
Belum juga habis rasa heran untuk menebak makhluk
apa yang tengah berdiri di bawah sana. Makhluk itu mengangkat sebelah tangannya yang menggenggam sebilah pisau besar. Pisau yang nampak seperti pisau daging itu berkilat ditimpa cahaya
petir yang menyambar sekali lagi.
Kayla memekik dan Ucok pingsan. Entah sejak kapan remaja bertubuh jangkung
itu ikut nimbrung.
Gibel kini menatap
arwah kakeknya dengan tatapan yang seakan-akan ingin bertanya akan seribu
pertanyaan berturut-turut.
“Dia siapa?
Apa maunya?”
“Di-dia Purwo! Di-dia itu koki di KA dan dia juga ya-yang bikin kereta kecelakaan..” Gusti mewakili
Cahya untuk menjawab pertanyaan Gibel walaupun dengan suara yang bergetar
menahan perasaan takut yang berkecamuk di dalam dirnya. Ia memegangi lengan Sidik yang juga terlihat agak ciut nyalinya.
Kayla mengerutkan dahi,
“Maksudnya penyebab kecelakaan?”
“Entahlah. Dia sudah menggenggam pisau itu saat melewati
gerbong kami..”
“..pisaunya berlumuran darah.. lalu ia pergi ke ruang masinis dan berbuat onar!”
papar Maria
dan Mulya silih berganti, keempat remaja yang masih berdiri di dekat
jendela itu saling berpandangan dan menunjukkan ekspresi ngeri yang sangat.
“Aaaaarghhhh!!!” teriak Purwo kencang diantara
kerasnya suara petir. Gibel, Ari, Zeyn dan Kayla bergerak mundur dari dekat jendela, akan tetapi mereka masih
bisa terlihat Purwo tengah mengerang-erang sambil memegangi perutnya,
“Dia kenapa sih?” tanya Zeyn,
“Lapar deh kayaknya..
sudah lama enggak makan daging manusia..” jawab Ucek asal, kapan
siumannya sih? Tahu-tahu nimbrung
saja..
”Blaaarrr!!” sekali lagi lidah api menjilat bumi. Purwo lalu berlari melewati pagar dan kembali
masuk ke dalam hutan.
Ia menghilang, hujan pun langsung reda...
***
Ini penggalan salah satu bab di novel "Hantu Kereta", kisahnya tentang arwah-arwah penasaran yang meninggal karena kecelakaan kereta tragis di masa lalu. Berpuluh-puluh tahun kemudian, akhirnya para arwah itu menemukan cara terakhir untuk kembali ke alamnya, yaitu dengan meminta bantuan cucu-cucu mereka.
Ssst, pesan langsung novelnya di aku ada harga khusus lho :p
Comments
Post a comment